Dari Kami: Pedagang Pasar Minggu
Siang ini tak seterik saat kau datang di hari minggu kemarin. Sebetulnya, kulihat kau dengan jelas waktu itu, hanya pura-pura aku tak melihatmu karena takut kau akan menyinggung masalah pendidikanku yang tandas di tengah jalan. Maaf. Maaf juga karena tak menyapamu, padahal sudah lama kita tak berseteru seperti yang dulu. Ya, kita dulunya musuh yang akrab, bukan? Kuingat sekali kau, yang notabene anak seorang cendekiawan malah sering menyontek padaku, kala ujian pun kau sengaja duduk dibelakangku, tau-taunya kulihat kau sesekali berdiri dan mengintip lembar jawabanku. Tapi tak masalah, toh kau juga punya sesuatu yang tak kupunyai tetapi sialnya aku tak bisa mengambilnya semudah kau mengambil jawaban matematika dariku, uang. Oleh karena itu, aku sungguh bekerja keras demi mendapatkannya. Segala cara telah kutempuh. Pengorbanan? Jangan pikir aku tak berkorban apa-apa. Sudah kukorbankan semua. Tenagaku, waktuku, wajahku, kulitku, pakaianku, teman-temanku sampai pendidikanku. It