Postingan

Menampilkan postingan dengan label Peace and Leadership Class

Menyelesaikan Masalah vs. Melampaui Masalah

Gambar
Selamat malam, semoga Tuhan selalu melimpahi kita dengan rahmat-Nya. Tulisan ini ialah yang terakhir sebelum kami—para GoP berpindah ke  Advanced Class  untuk PLC berikutnya. Meskipun lagak-lagaknya (dilihat dari  slide opening -nya) materi ini sudah masuk  advanced class  sih haha.  Over all,  sebenarnya saya mau bilang materi ini adalah salah satu yang berkesan. Pertama kali saya memberi judul refleksi sama dengan judul PLC-nya, juga pertama kali saya menuliskannya tepat dihari kami diberikan. Hanya saja karena satu dan lain hal, baru sempat saya unggah sekarang. Jadi, semoga Pembaca Sekalian juga merasakan “kesan” yang saya dapatkan. Selamat membaca :) -   Awal bergabung di KITA Bhinneka Tunggal Ika sebagai guardian of peace , saya sebenarnya sering mempertanyakan ini (dalam hati :v), kenapa yah orang-orang KITA pakai istilah “melampaui” alih-alih “menyelesaikan” atau “mengatasi”? Biasanya kata tersebut disandingkan dengan m...

Mungkinkah Melakukan Perubahan Sosial Tanpa Kekerasan?

Gambar
  Mungkinkah mengintervensi sosial tanpa kekerasan? Pertanyaan inilah yang menjadi topik di awal PLC #17 kemarin tentang The Spirit of Non-Violence . Dan mendengarnya, I really have no idea . Pikiran saya malah melayang-layang ke masa SD-SMP, kepada cerita-cerita guru saya tentang perbedaan anak sekolah pada masanya dan pada masa saya ketika diceritakan. Pesannya sama saja, mereka kerap ditegasi dan dikerasi oleh guru mereka, yang menjadikannya patuh, disiplin, dan bahkan itu didukung oleh orang tua mereka. Lalu, pikiran saya itu singgah juga di pesantren setara SMP saya. Para ustazd yang tidak segan memukul, pun pengurus OSIS (disebut OSPI), termasuk saya sendiri. Mungkin ini disebut negative discipline ya? Dan saya percaya bahwa metode itu memang banyak negatifnya.   Tetapi, bagaimanapun saya menganggap itu bukanlah sebuah kesia-siaan. Mengintervesi (dalam artian mengubah keadaan yang melibatkan orang lain) dengan kekerasan toh masih banyak dipakai di perkuliahan karen...

ULANGAN HARIAN: ANALISIS LATAR BELAKANG KONFLIK

ULANGAN HARIAN PEACE AND LEADERSHIP CLASS #16 MATERI                : ANALISIS LATAR BELAKANG KONFLIK PENGANTAR Setelah mendapatkan tiga materi tentang Nature of Conflict , baik berdasarkan pemaparan Tuan Konflik sendiri, maupun oleh penemu-penemu teorinya, berikut adalah beberapa cara atau metode-metode analisis latar belakang konflik, untuk menentukan cara penyelesaian terbaiknya: Pertama, analisis aktor konflik berupa push and pull factors. Anda harus mengetahui dulu apa yang mendorong seseorang/sekelompok orang untuk berkonflik. Juga, apa yang ingin dicapai atau diperoleh seseorang/sekelompok orang dari terjadinya konflik tersebut. Hint : push factors biasanya bersifat eksternal, tidak dapat dikendalikan, dan pengaruhnya cukup luas atau dirasakan banyak orang; pull factors selalu berasal dari diri sendiri, berkaitan erat dengan nilai/kepercayaan yang dianut, subyektif namun tidak tert...

Some Theories About How The Conflict Appears

Gambar
Sepertinya wawancara ekslusif seorang moderator dengan Tuan Konflik (baca di sini: https://abdatullah.blogspot.com/2020/05/eksklusif-bincang-damai-bersama-konflik.html ) belum bisa memahamkan kita lebih dalam tentang penyebab konflik itu sendiri. Untuk itu, saya di sini akan coba menjabarkannya (lagi), berdasarkan teori-teori yang ada. Haha. Sebenarnya Itu bukan keinginan saya, Teman-Teman. Tapi, PLC ke-15 ini (wah tidak terasa sudah sejauh ini) sungguh membahas tentang teori-teori penyebab konflik itu. Kemarin Kak Therry apik sekali menjelaskan teori tersebut beserta contohnya di kehidupan nyata. Berhubung saya tidak banyak tahu sejarah, penjelasan saya mungkin akan membosankan haha. Apalagi, saya kurang fokus mencatat nama-nama pencetus teorinya karena tempo hari sambil nyambi menyetrika baju :( Tapi bagaimana pun juga, saya merasa materi ini sangat bermanfaat untuk benar-benar memahami konflik di sekitar kita. Terlebih lagi, saya dapat ‘jatah’ wajib merefleksi pek...

Mozaik-Mozaik Cinta dan Perdamaian

Gambar
1. What is Love? Wah. Dahulu, saya antusias sekali jika berbicara tentang cinta. Baik itu berteori, ataupun membahas empirisnya yang ada di sekitar saya. Misalnya saja, mengapa perempuan lebih mudah tersakiti (cinta) daripada laki-laki? Atau, mengapa sampai ada orang bunuh diri karena putus (cinta)? Atau, sebenarnya apa sih yang terjadi pada seseorang yang sedang jatuh cinta? *dasar pikiran remaja :v Ya. Cinta memang bukan hanya tentang lawan jenis. Eh tidak. Sungguh sempit sekali jika kita hanya mengaitkan cinta dengan yang seperti itu. Faktanya, cinta selalu ada di mana-mana. Kepada Tuhan, orang tua, benda mati, keabstrakan.. Meskipun saya tidak tahu mengapa (dengan pedenya) bilang begini, padahal mendefinisikan cinta saja setengah mati haha. Hm, sejauh ini, saya menganggap pengertian cinta itu masih saja tabu. Ada yang mengatakan cinta itu buta, cinta itu luka, cinta adalah anugerah—indah, cinta tidak harus memiliki, dan sebagainya. Saya tidak ingin menyalahkan salah b...

Resilience: in Family, Community, and Social Life

Gambar
Long time no see ~ Haha, sapaan tersebut lebih ke untuk saya sih. Akhir-akhir Ramadhan kemarin sampai di penghujung Syawal ini rasanya agak sulit memulai menulis refleksi lagi. Padahal saya punya hutang refleksi yang tidak sedikit. Harapannya sih saya bisa menyelesaikan tulisan refleksi untuk semua PLC, semoga saja saya tidak tergoda untuk berhenti karena ternyata telah menemukan hobi baru akhir-akhir ini haha.  Singkat cerita saya pun akhirnya berkesempatan merangkum materi ini, yang merupakan lanjutan dari materi Resilience (postingan sebelumnya). Saya mungkin membahasnya singkat saja, karena serius gaes , materi ini sudah agak lama sejak disampaikannya. Dan waktu itu tuh saya tidak banyak meng- screenshot slide karena maunya fokus jadi moderator *pffftt. Meskipun cacatan si moderator itu entah di mana rimbanya sekarang haha. Sedikit saya review lagi apa itu resilience . Yakni semacam kemampuan atau kompetensi seseorang untuk tangguh dan bertahan dalam...

Bertahanlah! Badai Pasti Berlalu~

Gambar
Tugas saya di rumah ialah, mengurusi per pakaian an. Saya tidak tahu sejak kapan peraturan itu ada di keluarga saya, bahwa setiap pakaian, dari yang terluar hingga terdalam, kecil maupun besar, sebelum masuk lemari, harus disetrika terlebih dahulu. Sudah setahun lebih tante yang biasa melakukan pekerjaan rumah di rumah saya berhenti. Silih berganti kami mencari pengganti, dan saya dan kakak pun bagi tugas mengisi kekosongan itu. Tapi pada kondisi normal, sudah ada kok yang bersedia. Namun,  mumpung saya dan kakak ada di rumah, si mba-nya dipulangkan dulu, dengan begitu masing-masing kami bisa berpuasa di lingkungan rumah masing-masing, tanpa ada orang asing. Tugas saya di rumah ialah, mencuci dan menyetrika. Tapi sebenarnya tidak sesederhana itu. Saya harus memastikan pakaian yang terjemur kering, yang berarti saya harus bolak-balik dari jemuran di belakang rumah, ke jemuran atas (di lantai dua), untuk distribusi pakaian agar bisa disetrika tepat waktu. Lagipula, jemuran puny...