Cerpen: Bila Badi Mati, Itu Bukan Salah Kami
K ami dibakar amarah. Tidak pernah sekalipun di kampung kami, terjadi pembunuhan sadis seperti itu. Kami selalu saling menghormati, menghargai, dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, dengan damai. Tentulah Badi yang salah. Orang seperti dia memang tidak usah dibiarkan hidup. Bisa-bisa warga setempat banyak yang pindah kampung, kalau ada uang. Kalau tidak ya, mungkin tidak berani lagi keluar rumah. Kami justru menyelamatkan nyawa orang banyak. Mana bisa membunuh kembang desa cantik nan perawan dimaafkan? Syekiah bahkan sudah terima lamaran Jauhari untuk menikah bulan depan. Sungguh malang. Hanya ingin mencuci di kali seberang, dia harus meregang nyawa, dengan keadaan perawan. Eh bisa jadi sebelum dibunuh, si Syekiah di- sentuh dulu sama Badi. Dulu kan, waktu masih waras, si Badi juga mati-matian kejar Syekiah. Kata orang sih, mereka sebenarnya suka sama suka. Hanya saja, Syekiah menolak karena tidak mau ditinggal tatkala Badi kuliah lagi di ibu kota. Badi itu ganteng...