Resensi Novel "Memberi Jarak pada Cinta"

Adakah Cinta Pada Jarak yang Dibentangkan Kisah?
 (Resensi Novel ‘Memberi Jarak Pada Cinta’: Tugas Bahasa Indonesia XI IPA 12016)




Judul Novel : Memberi Jarak pada Cinta

Resentator : Dwi Rezki Fauziah

Penulis : Falafu

Penerbit   : Mediakita

Kota Terbit : Jakarta Selatan

Tahun Terbit : 2016

Cetakan : Ke-1 (Pertama)

Deskripsi Fisik : 13 x 19 cm; 238 hlm

ISBN  : 979-794-518-3


       
              Penulis novel ialah perempuan yang berdomisili di Yogyakarta. Dia adalah seorang penulis blog atau online yang menganggap menulis adalah bagian upayanya untuk tetap menjadi diri sendiri dan hidup sebagai manusia baik hati. Tidak banyak identitas yang dia cantumkan dalam bukunya—yang kuduga-duga merupakan buku pertamanya. Profesinya adalah buruh kantor dan aktif sebagai penulis artikel lepas dan sosial media planner. Dirinya sangat mencintai fashion business dan healty lifestyle.
Ketimbang novel, buku ini mungkin dapat disebut ‘curahan hati’. Sebab, sangat terasa bahwa penulis mendalami apa yang dia tulis dan terkadang mengaitkannya dengan pengalaman pribadi. Sepanjang buku yang saya baca, baru kali ini saya mendengar naman “Falafu” juga judul novel yang demikian, dan pertama kali juga saya jatuh cinta dengan kepatah-hatian yang diceritakan Falafu dalam novelnya. Fantastis sekali. Siapa pun yang membacanya akan terbawa suasana persis sebagaimana dikisahkan. Meskipun penulis tidak mencantumkan banyak keterangan mengenai dirinya, saya yakin penulis adalah orang yang betul piawai baik dalam menulis maupun merasakan cinta-cinta yang seperti terbuang cuma-cuma.
            Novel ini—sebagaimana yang saya utarakan di awal berisi tentang kisah-kisah roman yang disajikan melalui kata-kata. Sesuai dengan judulnya, kisah cinta yang dikisahkan di novel ini berupa cinta yang dipisahkan jarak. Ada yang bisa bertahan dan tetap menyayang, namun ada yang rapuh karena tak tahan dengan jarak dan waktu.
              Di setiap kisah, terdapat tokoh dan konflik yang berbeda. Kadang dalam satu kisah tokohnya adalah sepasang kekasih di mana si laki-laki mulai menunjukkan tanda bahwa dirinya sudah melabuhkan hati di tempat lain, dan si perempuan menerima dengan ikhlas karena baginya cinta memang tak luput dari kegagalan, karena ujung dari pertemuan adalah perpisahan, dan ujung dari cinta hanya dua kemungkinan: bahagia atau luka. Cinta tak pernah salah jatuh, melainkan kadang tak dapat ditangkap dengan, maka jika dia memilih melepasmu, berarti dia bukan yang baik untukmu (cuplikan kalimat dalami novel).
              Ada juga kisah tentang sepasang kekasih (lagi) namun mereka saling menjaga bahkan dalam jarak yang membentang lapang. Mereka mencintai dengan berani meski tahu resiko kehilangan masing-masing. Cemburu, khawatir, takut, rindu mereka rasakan dengan rela meski itu menyesakkan dan melelahkan. Dan ujung dari kisah mereka ialah hal selain luka.
            Selain dua di atas, masih banyak lagi kisah yang diceritakan dengan pembawaan suasana yang berbeda. Jadi, ketika kita membaca buku ini kita akan merasa menjadi orang lain yang merasakan cinta atau luka atau rindu atau cemburu. Namun, nama setiap tokoh tak pernah disebut, juga latar tempat dan waktunya tak pernah disuratkan pun dipaparkan. Sehingga novel ini semakin mirip dengan curahan hati semacam ‘diary’ ketimbang novel pada umumnya yang memiliki orientasi, konflik dan resolusi.
             Kelebihan dari novel ini sangat banyak bagi saya. Dari segi fisik, pertama: warna dan sampul sederhana namun menarik perhatian, itu menjadi poin plus bagi yang tak suka hal-hal berwarna, mencolok dan ramai. Kedua: kualitas cetakan bisa dibilang bagus. Jenis kertas dan font-nya pun menarik tak seperti novel pada umumnya.
Sedangkan dari segi non-fisik, pertama: cerita dikemas secara apik dan sistematis, setiap dua-tiga lembar tulisan, selalu disisipkan gambar dan caption berisi kalimat inti yang ingin disampaikan penulis. Gambar yang disediakan pun menarik dengan warna kertas yang berbeda dengan tulisannya. Menarik sekali. Tidak membosankan mata. Kedua: diksi yang dipakai cukup menunjukkan bahwa penulis seorang profesional dalam meramu kata. Bahasanya komunikatif dan mudah dipahami namun tak diduga-duga. Ketiga: penulis sangat mampu memberi hiburan bagi muda-mudi yang sedang bergalau ria ataupun yang berbunga-bunga karena cinta. Namun, masih dalam batas wajar karena meski ini merupakan novel romantis, kata-katanya tak ada yang vulgar dan berlebihan. Semua serba sederhana.
             Kelemahan novel ini menurut kaca mata saya, adalah banyak kata atau kalimat yang diulang-ulang padahal bermakna sama, sehingga pembaca kadang merasa bosan dan pada saat itu. Juga masih ada kata yang salah ketik (typo) meski tidak berpengaruh terhadap cerita. Selain itu (entahlah ini bisa disebut kelemahan atau tidak), di dalam cerita ada beberapa kalimat bahasa Inggris yang kurang dimengerti pembaca. Sehingga feel-nya kurang srek di hati dan pikiran.
          Kendati demikian, novel ini tetap menjadi salah satu novel yang mungkin akan saya baca berulang-ulang. Secara keseluruhan, novel ini berhasil membuat pembaca sadar bahwa cinta tak muluk-muluk hanya indah, melainkan luka pun ada di antara keduanya. Untuk para penikmat setia tulisan (khususnya remaja dan dewasa permulaan) buku ini sangat cocok untuk anda di masa-masa pubertas Anda. Silakan dibaca dan Anda akan merasakan sensani cinta sebagai karunia Tuhan yang begitu indah. Good job untuk penulis.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Some Theories About How The Conflict Appears

Naluri: Review Novel "Penguasa Lalat" oleh William Golding