Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Ketika Salento Merindukan Ibu

Salento termangu melihat beberpa butir beras yang menjelma menjadi nasi (?) dihdapannya. Sebenarnya ia sendiri bertanya, apakah didepannya saat ini adalah sesuatu yang orang-orang sebut ‘nasi’ untuk dimakan guna memiliki tenaga demi menyambung hidup. Bukannya tak mau menolak, ia hanya tak bisa menolak apa yang diberikan atasannya dan Yang ada di atas sana. Sepeninggalan ibunya, yang dia bawa berkelana ke penjuru dunia hanyalah kalung emas seharga tujuh ratus duapuluh lima ribu ---- warisan ibunya dengan apa yang ia kenakan saat itu. Bukan main beraninya, dia menyusuri lautan, samudera, pepulauan, selat diantara selat, lembah diantara lembah dengan bekal yang bagimu akan ludes tak genap sehari. Tapi, kasih Tuhan untuk Salento masih mengalir meski tak deras. Di sebuah daratan tanpa nama, ia disuguhi pekerjaan sebagai sopir bus penumpang. Tak tanggung-tanggung Salento menerima suguhannya. Dalam hati ia berterima kasih kepada Alm. Ayahanda karena sedari kecil, telah diajari naik s

Kau dan Aku Berubah Seiring dengan Kita yang Beranjak Dewasa

Aku tak heran mengapa tokoh Peter Pan itu tak mau menjadi dewasa. Walaupun sebenarnya menjadi dewasa bukanlah sebuah ‘kemauan’ melainkan suatu ‘keharusan’ jika kita masih ingin menikmati indahnya dunia. Aku menulis ini bukan berarti aku tidak suka dengan kedewasaan, hanya saja terkadang… menjadi dewasa itu sangat menyebalkan.   Jika ada sesuatu yang salah, orang dewasalah yang paling banyak disalahkan daripada anak-anak. Mereka akan berkata “yang dewasa harus mengalah..” dan begitu terus sampai anak-anak itu juga menjadi dewasa. Orang dewasa selalu melakukan pekerjaan berat dengan upah yang sedikit, sedangkan anak-anak bahkan tanpa bekerja pun mereka bisa mendapat upah cuma-cuma. Dan yang paling menyebalkan ketika kita telah beranjak dewasa, ialah telah dikenal rasa malu, takut, acuh, cuek, kere , sedih, patah hati juga sepi. Sebut saja kau dan aku, kita. Dimasa kanak-kanak silam, dengan leluasanya kita berlarian kemari kesana---dengan genggaman tangan yang tak kunjung lepas

Lagi-Lagi.. Air Mata Laki-Laki..

Lagi-Lagi.. Air Mata Laki-Laki.. Sekarang aku tahu mengapa laki-laki tidak boleh menangis. Kalau laki-laki menangis, maka ia akan terlihat sangat menyedihkan. Aku merasakan itu ketika melihat teman sekelas ku menangis tersedu-sedu, dan kau tahu apa sebabnya? Katanya dia sedih ditinggal seseorang. Kupikir itu adalah gadis. Tapi yang ia tangisi ternyata sesamanya. Kutanya seperti apa orang yang dia tangisi itu. Dan dengan tersedu-sedu dia menjelaskan kebaikan orang itu. Lah, begitu rupanya…. Aku tersenyum dalam hati setelah mendengar ceritanya. Ternyata laki-laki pun punya rasa kesepian. Sambil terisak, dia cerita kalau orang itu selalu membantunya, menemaninya shalat di gelap subuh yang menggigil, mengajaknya sahur setiap senin-kamis dan banyak lagi. Sesekali isakannya sangat pedih kurasa. Meskipun menyakitkan tapi lucu. Sebab kata-katanya sampai tertahan lantaran sesak, dan itu pertama kalinya kulihat dia seperti itu. - Dimalam renungan ini aku tak bisa beranjak. Aku menat

Kepada Tulisan

Untuk tulisanku yang sudah lama kutinggalkan… Maafkan diriku sebab telupa bahwa ada kau sebagai   salah satu jalan untuk membuka masa depan cerahku. Ini adalah tulisan keduaku di bulan ketiga di kalender masehi ini. Aku tidak menulis bukan sekali-kali karena tak tahu apa yang akan ditulis, sungguh apapun itu mulai dari kejadian sehari-hari sampai karakter temanku sangat ingin kuabadikan padamu. Bahkan dibulan ini, sekitar seminggu lalu fenomena   gerhana matahari melanda langit diatas kepalaku. Meskipun bukan total, tapi setidaknya aku bisa menceritakan betapa kami semua terkaget-kaget karna sebuah Kekuasaan Tuhan, betapa kami memuji-muji Tuhan Pencipta Alam melalui doa dan betapa kami seperti awam yang terperangkap di cangkang siput berabad-abad sebab fenomena itu bisa jadi yang pertama dan terakhir bagi kami melihat. Aku tidak minta maaf karena tidak menemuimu akhir-akhir ini. Tapi aku memohon maaf sebab aku selalu saja pura-pura sibuk. Sibuk dengan urusan nilai semu yang

Contoh Karangan Argumentasi

Menabjukkan: Koordinasi Sistem Saraf Manusia   “ Jika manusia dengan teknologi komputer sekarang ingin membuat otak manusia, maka diperlukan komputer sebesar bola dunia..” - Prof. Dr. Ing, BJ. Habibie Siapa sangka, tubuh kita yang tak besar ini dihuni oleh jutaan bahkan miliaran sel. Dari miliaran sel itu, terbentuklah kerja sama sehingga lahir beberapa sistem yang kerap kita pelajari di sekolah dasar maupun menengah. Salah satunya sistem saraf. Dalam tubuh manusia, terdapat lebih dari 10 miliar sel saraf yang setiap detiknya terus mengantarkan pesan demi pesan yang dikirim oleh indra. Saraf tersebut telah diberi kemampuan untuk mengatur segala kegiatan termasuk proses kirim mengirim pesan dari otot ke otak dan otak ke otot. Satu sel saraf dapat memiliki hubungan dengan 250.000 sel saraf lainnya. Disebut sistem saraf tatkala lebih satu sel saraf bekerja sama dalam melaksanakan tugas, sedangkan saraf itu sendiri sebenarnya merupakan sel (disebut neuron) dengan cabang-cabang