Kepada Tulisan




Untuk tulisanku yang sudah lama kutinggalkan…
Maafkan diriku sebab telupa bahwa ada kau sebagai  salah satu jalan untuk membuka masa depan cerahku. Ini adalah tulisan keduaku di bulan ketiga di kalender masehi ini. Aku tidak menulis bukan sekali-kali karena tak tahu apa yang akan ditulis, sungguh apapun itu mulai dari kejadian sehari-hari sampai karakter temanku sangat ingin kuabadikan padamu. Bahkan dibulan ini, sekitar seminggu lalu fenomena  gerhana matahari melanda langit diatas kepalaku. Meskipun bukan total, tapi setidaknya aku bisa menceritakan betapa kami semua terkaget-kaget karna sebuah Kekuasaan Tuhan, betapa kami memuji-muji Tuhan Pencipta Alam melalui doa dan betapa kami seperti awam yang terperangkap di cangkang siput berabad-abad sebab fenomena itu bisa jadi yang pertama dan terakhir bagi kami melihat.
Aku tidak minta maaf karena tidak menemuimu akhir-akhir ini. Tapi aku memohon maaf sebab aku selalu saja pura-pura sibuk. Sibuk dengan urusan nilai semu yang didambakan orang tuaku. Takutnya aku, kau tak lagi mau mencantumkan kata-kataku yang juga tak bagus ini. Dan sekali lagi maaf, karena sebenarnya yang membuat kau tak minat dibaca orang adalah aku. Aku yang dengan percaya dirinya tanpa tahu-menahu tentang merangkai kata selalu saja memaksamu memenuhi nafsuku, memaksamu menerima kata per kata jelek yang keluar dari otakku. Akan lebih baik memang jika kau bersama orang yang benar-benar paham seluk belukmu, menyeluruh tak sepertiku….
Sampai detik ini, aku belum bisa menjamin masa depan luar biasa yang selama ini kuidam-idamkan, pasalnya aku merasa belum melakukan sesuatu yang luar biasa salah satunya membuat kau dapat dibaca dan dikagumi khalayak. Maaf… maaf… maaf…
Senantiasa aku berdoa kepada Yang Mendengar, semoga aku diberi keistiqamahan, istiqamah dengan ibadahku, istiqamah dengan pendirianku, juga istiqamah padamu. Namun, khalwat manusia tak ada yang tahu seberapa besar itu, dan aku termasuk orang-orang yang tak mampu menahannya.
Aku yang selalu berpura-pura sibuk ini sepertinya akan meneruskan kepura-puraannya. Sebab, aku tengah menjalani ujian tengah semester demi mengejar nilai semu belaka. Apa dayaku tulisan, toh orang tua berkata : “Belajarlah baik-baik, nak.. supaya dapat nilai yang bagus” , tidak berkata : “Menulislah banyak-banyak, nak… supaya mudah tercapai cita-citamu”


                                                                             -Ini Kisahku..
                                                                               Pinrang, 16 Maret 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Memberi Jarak pada Cinta"

Some Theories About How The Conflict Appears

Naluri: Review Novel "Penguasa Lalat" oleh William Golding