Lingkungan Bersih, Ciri Generasi Sehat di Sekolah

Lingkungan Bersih, Ciri Generasi Sehat di Sekolah
“..Kebersihan adalah pondasi dari berbagai kebaikan, berbagai keindahan..”
-Anonim        
Tidakkah slogan di atas memekakkan telinga? Membuka hati sembari mengingatkan sanubari, bahwa ada hal yang menjadi sumber kebaikan dan keindahan di muka bumi ini. Wahai Indonesia, Sudahkah kau melaksanakannya?

 







Indonesia, negara yang dijunjung tinggi karena sumber daya alamnya ternyata impas dengan dijuluki sebagai negara terkotor di dunia. Kotornya lingkungan tersebut senada dengan data dari Sustainable Development Goals (SDGs) PBB yang menyatakan bahwa bumi khatulistiwa ini berada di urutan ke-91 dari 118 negara tersehat di dunia. Tatkala kita masuk ke dalamnya pun ternyata, bangunan-bangunan publik banyak mendukung dua fakta di atas. Mulai dari terminal, stasiun kereta, pelabuhan, kantor-kantor/ pusat pelayanan, bahkan sekolah sekalipun.
Inilah yang sangat miris, pembaca yang budiman. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pembentukan perilaku siswa. Hal tersebut berarti jika suatu sekolah itu belum bersih dari hal yang kotor dan tidak menyehatkan, siswa-siswa atau seluruh warga sekolah belum dapat menerapkan hidup bersih dan sehat. Sementara “peduli lingkungan” merupakan salah satu nilai karakter bangsa Indonesia.
Berawal dari lingkungan bersih, benih-benih penyakit tak dapat tumbuh dan berkembang. Sehingga, kesehatan seluruh warga sekolah lebih terjamin. Kendati kesehatan pribadi pun tak kalah penting, faktor lingkungan akan menyeleksi sejauh mana seseorang itu bisa memengaruhi sekitarnya dalam menerapkan pola hidup sehat. Sebab, salah satu indikator sekolah dikatakan sehat adalah sehat dan bersihnya lingkungan.
Ada beberapa penyebab maraknya sampah di lingkungan kita dan hal ini merupakan kebiasaan sepele yang mestinya dimusnahkan dari pribadi kita. Pertama, tidak dapat memisahkan antara sampah organik dan non-organik. Masalah pemisahan sampah memang sulit di atasi jika tak ditunjang oleh kesadaran diri. Meskipun tempat sampah telah dipasang di penjuru sekolah tapi masih saja yang organik dan organik itu tercampur.
Kedua, menempatkan sampah bukan pada tempatnya. Bagi siswa ini merupakan makanan sehari – hari. Dan lagi-lagi, kesadaran dirilah yang perlu ditanamkan. Sebagai contoh di SMAN 11 Unggulan Pinrang, hampir di setiap upacara bendera, pembina upacara terus mengingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kesehatan lingkungan. Tapi, realisasi memang sulit tanpa motivasi yang berasal dari nurani.
            Pembaca yang budiman, berperilaku ibarat melempar bola ke tembok. Di mana ketika kita melemparnya dengan lembut, maka bola itu akan terpantul dengan lembut pula. Begitu pun sebaliknya, ketika kita melemparnya dengan kasar, maka bola itu akan kembali kepada kita dengan kasar. Maka dari itu, mari menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, sehingga terjamin suasana belajar nyaman, indah dan sehat. Tanamkanlah terlebih dahulu kesadaran akan hidup bersih dan sehat dalam diri sendiri, barulah setelah itu sebar luaskan kepada orang lain. Biasakan pula memulai dari sesuatu yang kecil, seperti menempatkan sampah sesuai jenisnya, mengurangi sampah plastik, jaga kesehatan diri, tidur yang cukup, pola makan teratur, rutin berolahraga dan lain-lain.
            Selain itu, kebiasaaan tidak sehat yang masih banyak ditemukan pada siswa dan kurangnya pemahaman siswa akan resiko sebagai akibat dari perilaku tidak sehat, guru pun diharapakan mampu mengembangkan kemampuan dan motivasi siswa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. Semua warga sekolah harus berperan aktif dan memberikan sumbangsi sesuai dengan profesi masing-masing. Ingat, kesehatan memerlukan kebersihan untuk tetap sehat. Karena banyak penyakit bermula dari pola hidup tak bersih. Jaga kebersihanmu, raih kesehatanmu!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Memberi Jarak pada Cinta"

Some Theories About How The Conflict Appears

Naluri: Review Novel "Penguasa Lalat" oleh William Golding